Sabtu, 27 September 2014

METODOLOGI PENELITIAN~ PARADIGMA PENELITIAN

Posted by ana khumairoh On 20.29


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PARADIGMA
Pengertian paradigma menurut para ahli adalah menurut  Harmon paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang realitas.[1] Capra mendefinisikan paradigma sebagai konstelasi konsep, nilai-nilai persepsi dan praktek yang dialami bersama oleh masyarakat, yang membentuk visi khusus tentang realitas sebagai dasar tentang cara mengorganisasikan dirinya.[2] Baker mendefinisikan paradigm sebagai seperangkat aturan (tertulis atau tidak tertulis) yang melakukan dua hal : (1) hal itu membangun atau mendefinisikan batas-batas; dan (2) hal itu menceriterakan kepada seseorang bagaimana seharusnya melakukan sesuatu di dalam batas-batas itu agar bisa berhasil.[3]
Berdasarkan definisi definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa paradigma merupakan  seperangkat konsep, keyakinan, asumsi, nilai, metode, atau aturan  yang membentuk kerangka kerja pelaksanaan sebuah penelitian.

B.     MACAM-MACAM PARADIGMA PENELITIANN
Pandangan antologis tentang alam semesta umumnya sudah mempola pada dua kutub yaitu yang memandang fenomena sebagai realitas tunggal, yang kemudian mengembangkan pola fikir positivistik, selanjutnya melahirkan paradigma ilmiah. Dan kutub yang memandang fenomena sebagai realitas ganda, yang kemudian mengembangkan pola fikir fenomenologis dan melahirkan paradigma alamiah. Paradigma ilmiah menjadi ciri dari penelitian kuantitatif dan paradigma alamiah menjadi cirri penelitian kuantitatif. Paradigm ilmiah didominasi oleh pola piker positivistik, sedangkan paradigma alamiah didominasi oleh pola pikir fenomenologis.[4]
Menurut Johnson, paradigma kualitatif ini dikemukakan dan dikembangkan oleh Max Weber dengan mengembangkan sosiologi interpretatif yang kemudian diteruskan oleh Irwin Deutcher. Penelitian dengan menggunakan paradigma naturalistik bertujuan untuk memahami makna perilaku, simbol-simbol, dan fenomena-fenomena. Paradigma ini menekankan hakekat kenyataan sosial yang didasarkan pada definisi subjektif dan penilaiannya. Paradigma kualitatif ini juga merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci. Paradigma ini menggunakan pendekatan induksi yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta.[5]
Pendekatan kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional), eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist). Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar (reason).[6]
C.     PERBEDAAN PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF DAN PENELITIAN KUANTITATIF

Untuk membedakan sekaligus menjelaskan kedua paradigma tersebut akan lebih mudah dengan memperhatikan table berikut:
Tabel
Perbedaan aksioma paradigm ilmiah (positivism) dan naturalistic (alamiah)
Menurut Lincoln dan Guba[7]
Aksioma tentang
Paradigm ilmiah
Paradigm alamiah
Hakikat kenyataan
Kenyataan adalah tunggal, nyata dan fragmentaris
Kenyataan adalah jamak, dibentuk, dan merupakan keutuhan
Hubungan pencari tahu dengan yang tahu
Pencari tahu dan yang tahu adalah bebas, jadi ada dualism
Pencari tahu dan yang tahu aktif bersama, jadi tidak dapat dipisahkan
Kemungkinan generalisasi
Generalisasi atas dasar bebas waktu dan bebas konteks dimungkinkan (pernyataan nomotetik)
Hanya waktu dan konteks yang mengikat hipotesis kerja (pernyataan idiografis) yang dimungkinkan
Kemungkinan hubungan sebab akibat
Terdapat penyebab sebenarnya yang secara temporer terhadap, atau secara simultan terhadap akibatnya
Setiap keutuhan berada dalam keadaan mempengaruhi secara bersama-sama sehingga sukar membedakan mana sebab mana akibat
Peranan nilai
Inkuirinya bebas nilai
Inkuirinya terikat nilai

Dibawah ini dijelaskan kelima aksioma sebagai berikut:[8]
1.      Aksioma: hakikat kenyataan(ontologi)
Menurut positivisme terdapat kenyataan tunggal, nyata terbagi-bagi dalam variable bebas, dan proses yang dapat diteliti secara terpisah dari yang lainnya; inkuiri ini dapat dikonfergensikan sehingga kenyataan pada akhirnya dapat dikonstrak dan dapat diramalkan.
Menurut alamiah terdapat kenyataan yang dibentuk secara jamak yang hanya dapat diteliti secara holistic; inkuiri terhadap pernyataan jamak ini mau tidak mau akan berdivergensi ( setiap inkuri tidak menimbulkan lebih banyak pertanyaan dari pada jawaban) ssehingga pengontrolan dan peramalan tidak dikehendaki, hasil dapat dicapai walaupun dalam beberapa tingkatan pengertian.
2.      Aksioma: hubungan antara pencari tahu dan yang tahu
Menurut positivism adalah pencari tahu dan objek inkuiri adalah bebas; pencari tahu dan yang tahu membentuk dualism yang diskrit.
Menurut alamiah, pencari tahu dan objek inkuiri berinteraksi sehingga saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya; pencari tahu dan yang tahu tidak dapat dipisahkan.
3.      Aksioma: kemungkinan generalisasi
Menurut positivisme adalah tujuan inkuiri ialah mengembangkan tubuh pengetahuan yang nomotetik dalam bentuk generalisasi, yaitu pernyataan benar yang bebas dari waktu dan konteks (jadi hal itu akan tetap dimana pun dan kapan pun).
Menurut alamiah, tujuan inkuiri ialah mengembangkan tubuh pengetahuan yang idiografik dalam bentuk hipotesis kerja yang member gambaran tentang kasus perorangan.
4.      Aksioma: kemungkinan hubungan kausalitas
Menurut positivisme adalah setiap tindakan dapat diterangkan sebagai hasil atau akibat dari suatu sebab sesungguhnya yang mendahului akibat tersebut secara sementara (atau kemungkkinan terjadi bersama-sama dengan hal itu).
Menurut alamiah adalah seluruh kebulatan berada dalam keadaan saling mempertajam secara simultan sehingga tidak mungkin membedakan penyebab dari akibat.
5.      Aksioma: peranan nilai dalam inkuiri
Menurut positivisme adalah inkuiri adalah bebas nilai dan dapat dijamin demikian oleh kebaikan pelaksanaan metode objektif.
Menurut alamiah adalah inkuiri terikat oleh nilai, paling tidak dalam cara lain, yaitu dalam lima cara sebagai berikut:
a.       Inkuiri dipengaruhi oleh nilai-nilai peneliti sebagai yang dinyatakan dalam pemilihan masalah dan dalam menyusun kerangka, mengikat, dan memfokuskan masalah itu.
b.      Inkuiri dipengaruhi oleh pemilihan paradigma yang membimbing kearah penentuan masalah.
c.       Inkuiri dipengaruhi oleh pemilihan teori substantive yang dimanfaatkan dengan membimbing pengumpulan dan analisis serta penafsiran penemuan.
d.      Inkuiri dipengaruhi oleh nilai-nilai yang berada dalam konteks.
e.       Atas dasar nomor 1-4 di atas maka inkuirinya beresonansi nilai (penguatan atau kongruen) dan berdisonansi nilai (bertentangan).

Ditinjau dari sisi lainnya perbedaan paradigma penelitian kuantitatif (ilmiah) dan paradigma penelitian kualitatif (alamiah) digambarkan secara ringkas sebagai berikut.

Perbedaan Paradigma Penelitian Kuantitatif (Ilmiah)
dan Kualitatif (Alamiah)[9]
Modus Kuantitatif (Ilmiah)
Modus Kualitatif (Alamiah)
ASUMSI
a.       Fakta social memiliki kenyataan objektif
b.      Mengutamakan metode
c.       Variable dapat diidentifikasikan dan hubungan-hubungannya diukur
d.      Etik (pandangan dari luar)
ASUMSI
a.       Kenyataan dibangun secara social
b.      Mengutamakan bidang penelitian
c.       Variable kompleks, terkait satu dengan lainnya dan sukar diukur
d.      Emik (pandangan dari dalam)
MAKSUD
a.       Generalisasi
b.      Prediksi
c.       Penjelasan kausal
MAKSUD
a.       Kontekstualisasi
b.      Interpretasi
c.       Memahami perspektif subjek
PENDEKATAN
a.       Mulai dengan hipotesis dan teori
b.      Manipulasi dan control
c.       Eksperimentasi
d.      Deduktif
e.       Analisis komponen
f.       Mencari consensus, nilai
g.      Mereduksi data dengan jalan indicator numerical
PENDEKATAN
a.       Berahir dengan hipotesis dan teori grounded
b.      Muncul dan dapat digambarkan
c.       Peneliti sebagai instrument
d.      Mencari pola-pola
e.       Mencari pluralism, kompleksitas
f.       Hanya sedikit memanfaatkan indicator numerical
g.      Penulisan laporan secara deskriptif
PERANAN PENELITI
a.       Tidak terikat dan tidak harus memperkenalkan diri
b.      Gambaran objektif
PERANAN PENELITI
a.       Keterlibatan secara pribadi
b.      Pengertian empatik



[1]Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2012) hl 49
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Moh.Kasiram, metodologi penelitian kualitatif-kuantitatif, (Malang  : UIN-MALIKI PRESS(anggota IKAPI, 2010) hl 146
[7] Moh.Kasiram, Ibid.hl 152.
[8] Lexy J. Moleong, ibid, hl 52
[9] Ibid, hl 55.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar