BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
PARADIGMA
Pengertian paradigma menurut para
ahli adalah menurut Harmon
paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan
melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang realitas.[1]
Capra mendefinisikan paradigma sebagai konstelasi konsep, nilai-nilai persepsi
dan praktek yang dialami bersama oleh masyarakat, yang membentuk visi khusus
tentang realitas sebagai dasar tentang cara mengorganisasikan dirinya.[2]
Baker mendefinisikan paradigm sebagai seperangkat aturan (tertulis atau tidak
tertulis) yang melakukan dua hal : (1) hal itu membangun atau mendefinisikan
batas-batas; dan (2) hal itu menceriterakan kepada seseorang bagaimana
seharusnya melakukan sesuatu di dalam batas-batas itu agar bisa berhasil.[3]
Berdasarkan
definisi definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa paradigma merupakan
seperangkat konsep, keyakinan, asumsi, nilai, metode, atau aturan yang
membentuk kerangka kerja pelaksanaan sebuah penelitian.
B. MACAM-MACAM
PARADIGMA PENELITIANN
Pandangan antologis tentang alam semesta umumnya
sudah mempola pada dua kutub yaitu yang memandang fenomena sebagai realitas
tunggal, yang kemudian mengembangkan pola fikir positivistik, selanjutnya
melahirkan paradigma ilmiah. Dan kutub yang memandang fenomena sebagai realitas
ganda, yang kemudian mengembangkan pola fikir fenomenologis dan melahirkan paradigma
alamiah. Paradigma ilmiah menjadi ciri dari penelitian kuantitatif dan
paradigma alamiah menjadi cirri penelitian kuantitatif. Paradigm ilmiah
didominasi oleh pola piker positivistik, sedangkan paradigma alamiah didominasi
oleh pola pikir fenomenologis.[4]
Menurut Johnson,
paradigma kualitatif ini dikemukakan dan dikembangkan oleh Max Weber dengan mengembangkan sosiologi
interpretatif yang kemudian diteruskan oleh Irwin Deutcher. Penelitian dengan
menggunakan paradigma naturalistik bertujuan untuk memahami makna perilaku,
simbol-simbol, dan fenomena-fenomena. Paradigma ini menekankan hakekat
kenyataan sosial yang didasarkan pada definisi subjektif dan penilaiannya.
Paradigma kualitatif ini juga merupakan paradigma penelitian yang menekankan
pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan
kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan
rinci. Paradigma ini menggunakan pendekatan induksi yang mempunyai tujuan
penyusunan konstruksi teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta.[5]
Pendekatan kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat
positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur
metafisik dan teologik dari realitas sosial. Paradigma
ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional),
eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist).
Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa
satu-satunya pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu
pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang berawal dan didasarkan
pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk
kemudian diolah oleh nalar (reason).[6]
C. PERBEDAAN
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF DAN PENELITIAN KUANTITATIF
Untuk membedakan sekaligus menjelaskan kedua
paradigma tersebut akan lebih mudah dengan memperhatikan table berikut:
Tabel
Perbedaan aksioma paradigm ilmiah (positivism) dan
naturalistic (alamiah)
Menurut Lincoln dan Guba[7]
Aksioma
tentang
|
Paradigm
ilmiah
|
Paradigm
alamiah
|
Hakikat
kenyataan
|
Kenyataan
adalah tunggal, nyata dan fragmentaris
|
Kenyataan
adalah jamak, dibentuk, dan merupakan keutuhan
|
Hubungan
pencari tahu dengan yang tahu
|
Pencari
tahu dan yang tahu adalah bebas, jadi ada dualism
|
Pencari
tahu dan yang tahu aktif bersama, jadi tidak dapat dipisahkan
|
Kemungkinan
generalisasi
|
Generalisasi
atas dasar bebas waktu dan bebas konteks dimungkinkan (pernyataan nomotetik)
|
Hanya
waktu dan konteks yang mengikat hipotesis kerja (pernyataan idiografis) yang
dimungkinkan
|
Kemungkinan
hubungan sebab akibat
|
Terdapat
penyebab sebenarnya yang secara temporer terhadap, atau secara simultan
terhadap akibatnya
|
Setiap
keutuhan berada dalam keadaan mempengaruhi secara bersama-sama sehingga sukar
membedakan mana sebab mana akibat
|
Peranan
nilai
|
Inkuirinya
bebas nilai
|
Inkuirinya
terikat nilai
|
Dibawah
ini dijelaskan kelima aksioma sebagai berikut:[8]
1. Aksioma:
hakikat kenyataan(ontologi)
Menurut
positivisme terdapat kenyataan tunggal, nyata terbagi-bagi dalam variable
bebas, dan proses yang dapat diteliti secara terpisah dari yang lainnya;
inkuiri ini dapat dikonfergensikan sehingga kenyataan pada akhirnya dapat
dikonstrak dan dapat diramalkan.
Menurut
alamiah terdapat kenyataan yang dibentuk secara jamak yang hanya dapat diteliti
secara holistic; inkuiri terhadap pernyataan jamak ini mau tidak mau akan
berdivergensi ( setiap inkuri tidak menimbulkan lebih banyak pertanyaan dari
pada jawaban) ssehingga pengontrolan dan peramalan tidak dikehendaki, hasil
dapat dicapai walaupun dalam beberapa tingkatan pengertian.
2. Aksioma:
hubungan antara pencari tahu dan yang tahu
Menurut
positivism adalah pencari tahu dan objek inkuiri adalah bebas; pencari tahu dan
yang tahu membentuk dualism yang diskrit.
Menurut
alamiah, pencari tahu dan objek inkuiri berinteraksi sehingga saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya; pencari tahu dan yang tahu tidak dapat
dipisahkan.
3. Aksioma:
kemungkinan generalisasi
Menurut
positivisme adalah tujuan inkuiri ialah mengembangkan tubuh pengetahuan yang
nomotetik dalam bentuk generalisasi, yaitu pernyataan benar yang bebas dari
waktu dan konteks (jadi hal itu akan tetap dimana pun dan kapan pun).
Menurut
alamiah, tujuan inkuiri ialah mengembangkan tubuh pengetahuan yang idiografik
dalam bentuk hipotesis kerja yang member gambaran tentang kasus perorangan.
4. Aksioma:
kemungkinan hubungan kausalitas
Menurut
positivisme adalah setiap tindakan dapat diterangkan sebagai hasil atau akibat
dari suatu sebab sesungguhnya yang mendahului akibat tersebut secara sementara
(atau kemungkkinan terjadi bersama-sama dengan hal itu).
Menurut
alamiah adalah seluruh kebulatan berada dalam keadaan saling mempertajam secara
simultan sehingga tidak mungkin membedakan penyebab dari akibat.
5. Aksioma:
peranan nilai dalam inkuiri
Menurut
positivisme adalah inkuiri adalah bebas nilai dan dapat dijamin demikian oleh
kebaikan pelaksanaan metode objektif.
Menurut
alamiah adalah inkuiri terikat oleh nilai, paling tidak dalam cara lain, yaitu
dalam lima cara sebagai berikut:
a. Inkuiri
dipengaruhi oleh nilai-nilai peneliti sebagai yang dinyatakan dalam pemilihan
masalah dan dalam menyusun kerangka, mengikat, dan memfokuskan masalah itu.
b. Inkuiri
dipengaruhi oleh pemilihan paradigma yang membimbing kearah penentuan masalah.
c. Inkuiri
dipengaruhi oleh pemilihan teori substantive yang dimanfaatkan dengan
membimbing pengumpulan dan analisis serta penafsiran penemuan.
d. Inkuiri
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang berada dalam konteks.
e. Atas
dasar nomor 1-4 di atas maka inkuirinya beresonansi nilai (penguatan atau
kongruen) dan berdisonansi nilai (bertentangan).
Ditinjau dari sisi lainnya perbedaan paradigma
penelitian kuantitatif (ilmiah) dan paradigma penelitian kualitatif (alamiah)
digambarkan secara ringkas sebagai berikut.
Perbedaan
Paradigma Penelitian Kuantitatif (Ilmiah)
dan Kualitatif
(Alamiah)[9]
Modus
Kuantitatif (Ilmiah)
|
Modus
Kualitatif (Alamiah)
|
ASUMSI
a.
Fakta social memiliki kenyataan
objektif
b.
Mengutamakan metode
c.
Variable dapat diidentifikasikan
dan hubungan-hubungannya diukur
d.
Etik (pandangan dari luar)
|
ASUMSI
a.
Kenyataan dibangun secara social
b.
Mengutamakan bidang penelitian
c.
Variable kompleks, terkait satu
dengan lainnya dan sukar diukur
d.
Emik (pandangan dari dalam)
|
MAKSUD
a.
Generalisasi
b.
Prediksi
c.
Penjelasan kausal
|
MAKSUD
a.
Kontekstualisasi
b.
Interpretasi
c.
Memahami perspektif subjek
|
PENDEKATAN
a.
Mulai dengan hipotesis dan teori
b.
Manipulasi dan control
c.
Eksperimentasi
d.
Deduktif
e.
Analisis komponen
f.
Mencari consensus, nilai
g.
Mereduksi data dengan jalan
indicator numerical
|
PENDEKATAN
a.
Berahir dengan hipotesis dan
teori grounded
b.
Muncul dan dapat digambarkan
c.
Peneliti sebagai instrument
d.
Mencari pola-pola
e.
Mencari pluralism, kompleksitas
f.
Hanya sedikit memanfaatkan
indicator numerical
g.
Penulisan laporan secara
deskriptif
|
PERANAN
PENELITI
a.
Tidak terikat dan tidak harus
memperkenalkan diri
b.
Gambaran objektif
|
PERANAN
PENELITI
a.
Keterlibatan secara pribadi
b.
Pengertian empatik
|
[1]Lexy
J.Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2012) hl 49
[2]
Ibid.
[3]
Ibid.
[4]
Moh.Kasiram, metodologi penelitian
kualitatif-kuantitatif, (Malang : UIN-MALIKI
PRESS(anggota IKAPI, 2010) hl 146
[7]
Moh.Kasiram, Ibid.hl 152.
[8]
Lexy J. Moleong, ibid, hl 52
[9]
Ibid, hl 55.
Categories: Ekonomi Islam
0 komentar:
Posting Komentar